Senin, 02 Maret 2009

Cara Berinvestasi

Siang ini pulang agak cepat karena memang kegiatan di kantor baru ada antara Maret s/d Nopember, dan itu berlangsung setiap tahun. Tapi rasanya agak lemas karena memang belum makan siang sementara waktu sudah menunjukkan pk. 14.00an.
Pulangnya aku ndompleng teman yang suaminya pejabat di salah satu depertemen negeri ini, dalam mobil baru yang nyaman dengan AC yang tentu saja pas untuk udara sepanas sekarang.
Kami cerita tentang berinvestasi setelah pensiun, tentang tawaran berinvestasi dari tukang yang bekerja di rumahnya. Maksudnya Boss dari tukang tersebut. Dan beberapa alternatif keluar begitu saja dari kepalaku padahal aku merasa kurang nyaman karena aku sendiri tidak tahu apa yang akan diinvestasikan?
Karena paginya aku mendengarkan 'Smart FM' (kalo sempat aku dengarkan saat menuju kantor sambil 'ngantuk' di bus) yang selalu menginspirasiku, maka kita jadi ngobrol investasi 'ritel'. Tapi aku tak ingin dia kecewa maka investasi bikin perumahan jenis 'cluster' aku pikir bagus juga asal dia tahu persis luar dalamnya investasi yang dia ikuti. Ada juga investasi real lain seperti beli rumah direhab lalu dijual, atau Reksadana, dollar dan emas. Atau nimbrung di investasi beresiko tinggi dengan hasil 'wah' seperti Forex, saham, dll.
Dan Anda tahu apa yang menarik dari cerita semua itu?
Saudaranya, yang menurutnya punya usaha kecil-kecilan di bidang 'printing' dengan hasil 'lumayan' padahal tempat usaha cuma tenda mbemper. menarik untuk dimodali.
Aku jadi berpikir; Sebenarnya apa yang kami bicarakan? Mungkin maksudku, kenapa dia meminta pendapatku tentang investasi? Padahal istriku bukan pejabat dan rumahku masih nunggak mengkhawatirkan.
Saat sampai diujung pemberhentian aku harus turun pindah mobiln aku sempat 'ngoceh' sambil senyum terima kasih; 'investasiku cuma modal dengkul-bongkar-pasang-cari peluang, 'bikin duit' di Internet'.
Dan dia tersenyum.
Dan aku turun.
Dan aku merasa semakin 'dahsyat' dan berguna setidaknya untuk diri sendiri.
<